Review Buku Kepemimpinan
Birokrasi
Judul Buku : KEPEMIMPINAN BIROKRASI
Judul Bab 8 : KEPEMIMPINAN BIROKRASI
Penulis : Harbani Pasolong
Penerbit : ALFABETA
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 978-979-8433-79-5
Halaman Buku : 234 Halaman
Halaman Bab. 8 : 21 Halaman (115-135)
Cetakan :
Ke Empat
Nama Reviewers : Ahmad Nadirul Haq
Pada Bab ini didahului pada
menjelaskan peranan yang stategis serta tugas-tugas pelayanan terkait dengan
kualitas pemimpinnya. Selain daripada itu kontek birokrasi publik juga di
jelaskan yang dikatakan sebagai sangat paternalistik dimana para staf bekerja
selalu tergantung pada pemimpinnya.
Berbagai riset kepemimpinan yang di
tuangkan di buku ini pada birokrasi pubkik, yang menunjukkan bahwa lemahnya
kepemimpinan dalam berbagia level atau tingkatan. Dalam hal ini di jelaskan
bahwa level atau tingkat penguasaan kepemimpinan pada umumnya masih di bawah
rata-rata atau dalam kata lain rendah. Masih dalam pembahasan yang sama di
tuangkan pula bahwa kewenangan formal menjadi senjata ampuh di setiap lini
kepemimpinan dalam hhal menggerakkan bawahannya. Oleh karenanya seorang bawahan
bekerja di bawah tekanan bukan kesadaran sehingga hubungan antara pemimpin dan
staff atau bawahan tidak terjalin harmonis.
Di buku ini pula khususnya di Bab 8
penulis menuangkan identifikasi beberapa fenomena kepemimpinan birokrasi publik
antara lain :
1. Pemimpin birokrasi publik dalam menjalankan roda birokrasi
umumnya belum digerakkan oleh visi dan misi
2. Pemimpin borokrasi senantiasa mengendalikan kewenangan
formal yang dimilikinya
3. Pemimpin birokrasi publik memiliki konpetensi rendah
4. Dan lemahnya akuntabilitas pemimpin birokrasi
Pada
kutipan tersebut Harbani Pasolong memberikan suatu gambaran identifikasi
yang terjadi pada pemimpin yang sekarang ini sehingga terjadinya ketimpangan. Dia
juga mengatakan masih banyak fenomena dari kepemimpinan birokrasi yang mengakibatkan
birokrasi belum berfungsi sebagiamana mestinya. Maka dari itu ditariklah
konkulasi bahwa kepemimpinan birokrasi masih jauh dari good governance. Dan
dikatakan pula bahwa “untuk mewujudkan good governance diperlukan sosok
pemimpin yang memiliki komitmen yang tinggi
terhadap kinerja pelayanan memupuk kompetensi dan akuntabel di dalam semmua
kebujakan, tindakan maupun langkah-langkahnya.
Pada bagian kepemimpinan birokrasi Harbani
Pasolong mengutip dari konsep Max Waber (1947) yang menyatakan bahwa
“telah memberikan rujukan tentang konsep kepemimpinan organisasi dalam bidang
pemerintahan yang dinamakan kepemimpinan Birokrasi (Bureaucracy Leadership)
Weber (1947), menyatakan dua model kepemimpinan dalam mendiskusikan
birokrasi yaitu (1) kepemimpinan tradisional dan (2) kepemimpinan karismatik,
pembagian model kepemimpinan ini didasarkan pada legitimasi implementasi
kekuasaan dalam birokrasi”. Oleh karena itu penulis dalam hal ini Harbani
Pasolong mengatakan bahwa dalam bidang pemerintahan, kepemimpinana
dinamakan kepemimpinan birokrasi (Bureaucratic Leadership). Adapun dituangkan
pula oleh penulis mengai pendapat Tjokroamidjoyo (1987:113) bahwa
administrator sebagai pemimpin birokrasi yang diharuskan mengambil keputusan
sendangkan Thoha (2002:160) dikatakan pemimpin diangkat di dalam suatu
jabatan oleh pejabat yang bewenang.
Di dalam bab ini pula di kutip oleh
penulis mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil, diatur dalam beberapa hal yakni:
diklat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu (1) diklat prajabatan dan (2) diklat dalam
jabatan. Diklat pra jabatan di jabarkan kembali menjadi 3 bagian yaitu
(1)diklat Jabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I, (2) Diklat Jabatan Golongan
II untuk menjadi PNS Golongan II, dan (3) Diklat Jabatan Golongan III untuk
menjadi PNS Golongan III. Adapun Diklat dalam jabatan juga dibedakan menjadi 3
klasifikasi yakni (1) Diklat Kepemimpinan, (2) Diklat fungsional, dan (3) Diklat
Teknis. Akan tetapi penulis menuangkan argumentasi atas analisanya bahwa Diklat
Kepemimpinan dimaksudkan untuk mencapai persyartan terdiri dari beberapa
tingkatan yakni :
1. Diklatpim tingkatan IV untuk jabatan struktural eselon
IV
2. Diklatpim tingkatan III untuk jabatan struktural eselon
III
3. Diklatpim tingkatan II untuk jabatan struktural eselon
II
4. Diklatpim tingkatan I untuk jabatan struktural eselon
I
Dengan ini setiap
Standar kompetensi Eselon dituangkan di bab ini. Untuk memperjelas setiap
standar kompetensi yang di miliki setiap Eselonnya menurut Harbani Pasolong yang
dikutip pada kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 43/Kep/2001. Penulis
juga meng urutkan tingkatan kepemimpinan bagi birokrasi dimulai dari Top
(pejabat Eselon I), Middle (pejabat eselon II dan III) serta Lower (Pejabat Eselon
IV).
Beranjak dari situ penulis juga
menuangkan tentang Pergeseran Paradigma Pemerintah sebagaimana dijelaskan bahwa
pergeseran paradigma penyelenggaraan pemerintah dari “rule government´menjadi
“good governance” atau “from government to fovernance”, dari
sentarlistis ke desentralistis, dan dinamakan tumbuj kembang masyarakat ke arah
“Iempowering” maka perlu disikapi dan di imbangi katanya.
Selain dari hal itu dijelaskan pula
tentang Kepemimpinan Birokrasi Transaksional yang di dalamnya didasarkan pada
keyakinana terhadap legalitas pola-pola aaturan normatif dan hak yang di
berikan kepada penguasa berdasarkan pada aturan tersebut kata Harbani
Pasolong. Dituangkan kembali oleh penulis mengenai kepemimpinan birokrasi transaksional
menurut Weber berdasarkan karakteristiknya yakni : (1) berdasarkan
transaksi, (2) Kejelasan Aturan, (3) orientasi pada pengawasan ketat, (4) anti
perubahan, (5) orientasi pada jabatan dan kekuasaan, (6) fokus pada pekerjaan,
(7) kewenangan mutlak, (8) Pemasung kreativitas pegawai, (9) individualitas
kerja, dan (10) Diharmonisasi Organisasi.
Disamping itu penulis juga menjelaskan
di bab ini mengenani kepemimpinan birokrasi Tansformasional yang pada kata Transformasional
diartikan sebagai mentransformasikan atau mengubah hal menjadi berbeda dengan
sebelumnya. Menurut Harbani Pasolong yang mengutip pernyataan dari Bass
dalam Gibson dkk. (1997:86) menyatakan bahwa “kepemimpinan tranformasional
adalah kemampuan untuk memberi inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk
mencapai hasil-hasil yang lebih besar dari pada direncanakan secara orisinil
dan untuk imbalan internal. Dalam hal ini penulis bertujuan mengungkapkan bahwa
para pemimpin haruslah memiliki jiwa kepemimpinan tranformasional yang dapat
menginspirasi dan memotivasi agar para pengikut dapat tenang dan memiliki
relevansi yang kuat.
Di bagian akhir bab ini di berikan
lah hasil riset mengenai kepemimpinan transaksional dan tansformasional antara
lain Bernard M. Bass, Jung, Avolio, dan Berson (2003) Judul Penelitian
tersebut adalah “prediksi kinerja unit dengan menggunakan kepemimpinan
transformasional dan transaksional”. Di ungkapkan oleh penulis bahwa
penelitian ini, meneliti tentang penggunaan kepemimpinan transformasional, baik
pada pemimpin platon maupun sersan palton yang berhubungan dengan kohesi dan
potensi kesatuan dengan sampel 72 platon. Selain penelitian tersebut penulis
juga menambahkan referesi penelitian dari Ralph J. Masi & Robert A.
Cooke (2000), dengan judul penelitian tersebut adalah “Pengaruh
kepemimpinan Transformational terhadap Motivasi Bawahan, Norma, Pemberian
wewenang dan Produktivitas Organisasi”. Pada penelitian ini di ungkap pula
bahwa mengkaji tentangn kepemimpinan transformasional, baik secara teoritis
maupun secara empirik dalam kaitannya dengan pemberian wewenang, motivasi,
produktivitas, dan konsep yang relevansi. Selain dari 2 penelitian tersebut
juga di ikuti dari John E. Barbuto JR. (2005), dengan judul penelitian “Motivasi
dan Kepemimpinan Transaksional, Kharisnatik dan Transformasional”, juga Randi
G. Eppart (2004) dengan judul penelitian “Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional seperti mereka memprediksikan budaya
konstruktif dan defensif”. Temuan-temuan penelitian tersebut dijelaskan secara
detail oleh penulis sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk di kembangkan dan
di sesuaikan dengan zaman sekarang. Dalam hal ini penulis bertujuan membandingkan
dan menyatukan persepsi mengenai telitian para ahli tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar