Kamis, 07 Oktober 2021

Review buku Metode Penelitian Administrasi Bisnis Bab 1. Pendahulua



Review Buku Metode Penelitian Administrasi Publik

Judul Buku                  : METODE PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK

Judul Bab 1                 : PENDAHULUAN

Penulis                         : Dr. Harbani Pasolong, M.Si.

Penerbit                       : ALFABETA, cv

Tahun Terbit               : 2016

ISBN                           : 978-602-9328-30-1

Halaman Buku            : 262+XIV

Halaman Bab. 1          : 25 (halaman 1-25)

Cetakan Ketiga           : Mei 2016

Nama Reviewers         : Ahmad Nadirul Haq

 

            Pada awal bab ini didahului dengan intro dari poin pembuka yakni Konsep Masalah. Pada dasarnya diceritakan bahwa perjalanan hidup manusia atau kehidupan selalu menghadapi berbagai masalah, baik malah yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja, dan jarang juga orang dapat melewatkan waktu tanpa adanya masalah di dalam sehari Ujar Penulis dalam konsep masalah ini. banyak masalah yang dihadapi dulu dimasa lampau hingga saat ini, apakah itu berat atuapun ringan masalah tersebut akan selalu muncul beriringan dengan hidup, sehingga waktu kemungkinan akan muncul kembali di masa-masa mendatang menghapiri kita dengan masalah sebelumnya yang hadir kembali diwaktu yang berbeda. Oleh sebab itu Penulis menanggapinya bahwa manusia harus lebih banyak belajar dari pengalaman menghadapi masalah yang pernah di hadapinya atau dialaminya sendri. Sehingga saya berpandangan bahwa tulisan tersebut memperingati kita bahwa jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama di balik masalah yang sama, karena itu sama dengan tidak belajar dari maslah yang pernah di alami.

            Dilanjutkan masih dalam poin konsep masalah bahwa orang yang mempunyai banyak pengalaman atau orang yang banyak menghadapi masalah, pada umumnya dapat memecahkan masalah lebih gampang daripada orang yang sedikit pengalama atau orang yang kurang menghadapi masalah ujar Penulis dalam bukunya. Di kutip pula dalam buku ini Penulis menyatakan bahwa pengalaman iialah suatu hal yang berulang-ulang dilakukan atau dialami oleh manusia. Dipoin ini juga di jabarkan beberapa bagian, yang pertama adalah pengertian masalah yang didalamnya ditulis bahwa pada prinsipnya, masalah muncul apabila ada gap atau kesenjangna antara “Das Sollen” dan “Das Sein” atau perbedaan antara apa seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya, antara apa yang dibutuhkan dan apa yang tersedia, antara apa yang diharapkan dan apa yang menjadi kenyataan. Penulis juga menjelaskan secara umum bahwa Masalah adalah suatu kendala atau personal yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Dan dari uraian tersebut Penulis menyatakan pengertian masalah yakni “perbedaan seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya atua perbedaan ideal normarif dengan aktual empirik”.

            Seperti dikutip oleh Penulis pada kemukaan pendapat oleh Emory (1995), bahwa, baik penelitian mrni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Sendangkan penelitian murni sebagi dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Mengutip perkataan Tuckman (1988: 25) bahwa bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka pekerjaan penelitian sudah dapat dikatakan selesai 50%.

            Bagian kedua dari poin konsep masalah yakni jenis-jenis masalah dimana dituangkan oleh Penulis ada 2 jenis masalah, yakni : (a) Masalah Privat merupakan masalah yang dapat diatasi tanpa mempengaruhi atau melibatkan pemerintah dalam penyelesaiannya serta masalah pribadi tidak dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian, dan  (b) Masalah Publik adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan melalui kebijakan pemerintah seperi pelayanan KTP, IMB, surat nikah, surat kematian dan lainnya.  

            Pada bagian ketiga masih dari poin konsep masalah yakni sumber Masalah. Penulis mengutip perkataan Stoner dalam Sugiyono (2004:26), mengemukakan bahwa masalah-masalah penelitian dapat diketahui bila : (a) Terdapt Gap antara pengalaman dengan kenyataan, (b) Terdapat gap antara yang telah direncanakan dengan kenyataan, (c) ada pengaduan dari publik, dan (d) ada Kompetisi. Selain itu, malasah penelitian dapat pula bersumber dari: (a) Pustaka, yaitu laporan-laporan penelitian sebelumnya yang selalu memuat implikasi untuk penelitian, (b) Pertemuan Ilmiah, yaitu merupakan sumber masalah dalam suatu penelitian atau karya tulis, (c) pengalaman pribadi, yaitu suatu pengalaman yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi dalam keluarga, kelompok dan publik, (d) pengamatan, yaitu mengamati fenomena-fenomena sosial yang dilanjutkan dengan penelitian, dan (e) pernyataan pemegang kekuasaan, yaitu baik dalam pemerintahan maupun dalam bidang ilmu tertentu atau baik praktisi maupun cendekiawan dapat menjadi sumber masalah penelitian.

            Bagian ke-empat merupakan pilihan masalah dimana Penulis menjelaskan bahwa dalam memilih masalah atau mengidentifikasi masalah selalu kita diperhadapkan dengan beberapa masalah, oleh karena itu disarankan lah bahwa pilihlah masalah yang paling layak dan mempunyai manfaat untuk diteliti. Pertimbangan yang dapat digunakan untuk memilih atua menentukan apakah suatu masalah layak untuk diteliti atau tidak, pada dasarnya dilakukan dua arah yaitu : pertimbangan dari Arah Masalahnya yakni memberikan subangan kepada pengembang teori dalam bidan ilmu yang bersangkutan serta pemecahan masalah-masalah praktis, pertimbangan arah seorang penelti yakni dalam hal ini perlu di pertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai tidak nya bergantung pada maslah tersebut “managable” atau tidak oleh seorang “managabel topic” ini terutama di ukur dari ; (1) kemampuan pengetahuan atau bidang ilmu yang dikuasainya, (2) biaya yang tersedia, (3) alat-alat yang tersedia, (4) penguasaan metode penelitian yang diperlukan, dan (5) ketersediaan data.

            Masih dalam poin pertama melangkah ke bagian ke-lima yakni Rumusan Masalah. Penulis mengutip  perkataan dari Fraenkel & Wallen (1990: 22), bahwa rumusan maslaah dalam suatu penelitian yaitu sebagai berikut : (a) Masalah harus Feasible, bahwa maslah tersebut harus dicarikan jawaban melalui sumber uang jelas, tidak mengkhabiskan banyak dana, tenaga, dan waktu, (b) Masalah harus Jelas, yaitu semua dapat memberikan persepsi yang sama, (c) Masalah Harus signifika, dalam arti jawaban atas masalah terbut harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dan (d) Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang tidak bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Sedangkan dalam membandingkan argumen Tokoh Peneliti maka dari itu Penulis juga menuangkan pendapat  dari Tuckman dalam Sugiono (2004: 26), mengatakan bahwa masalah yang baik adalah hubungan antara dua variabel atua lebih (menurut Penulistidak harus), dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, atau alternative yang tetapi secara implisit mengandung pertanyaan. Dari hal tersebut Penulis menyatakan setelah maslah di identifikasi dan dipilih langkah selanjutnya adalah masalah perlu di rumuskan sesui dari garis besar poin ke-lima ini. Adapun perumusan masalah dalam suatu penelitian yakni : (a) sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, (b) harus singkat, padat dan jelas, (c) memberikan petunjuk tentang adanya kemungkinan untuk mengumpulkan data, (d) memberikan petunjuk tentang analissi data yang digunakan, dan (e) harus berkaitan dengan jenis-jenis variabel penelitian. Adapun kelemahan dalam menganggulangi masalah pada pokoknya menurut Penulis bersumber pada dua sebab, yakni ; Kekurangan formal dan kekuraangan materil.

            Adapun bentuk bentuk masalah penelitian pada bagian ke-enam poin Konsep Masalah yakni Penulis langsung mengutip pernyataan Sugiyono (2004: 26), bentuk-bentuk masalah penelitian terjadi dari : (a) Permasalahan Deskriptif adalh suatu permasalahanyang berkenaan dengan pernyataan terhadap keberadan variabel mandri, baik hanya satu variabel atau lebih, (b) Permasalahan Komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, dan (b) Permasalahan Asosiatif adalah pernyataan penelitian yang berisfat hubungan antara dua variabel atau lebih. Dimana utnuk permasalahan ini terdapat tida bentuk hubungan yaitu : (1) Hubungan Sistematis, (2) Hubungan Kasual, dan (3) Hubungan Resiprokal/timbal balik.

            Melangkah ke poin kedua tentang Manusia mencari kebenaran tersajikan oleh Penulis tentang manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan seterusnya sampai dengan simpulan awal bahwa dalam usaha manusia mencari kebenarannya telah ditempuh berbagai macam-macam cara, mulai dari tingkat yang paling sederhana yaitu secara kebetulan sampai kepada tingkat paling Ilmiah atau dengan kata lain mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah.

            Di poin kedua ini terebagi beberapa bagian, dimana bagian awal mengangkat garis besar pernemuan secara kebetualan. Penemuan secara kebetulan kata Penulis dapat dipahami melalui cerita dalam sejarah penemuan obat penyakit malaria yang ditemukan secara kebetulan, yaitu seorang pengembara sedang menderita penyakit demam yang begitu lama. Singkatnya ditengah sakitnya dia minum air rawa yang di dalam rawa tersebut ada pohon yang tumbang termakan air rawa dan air dari rawa tersebut kotor akan tetapi merupakan sebab akibat sembuhnya dari penyakit panas dingin yang diderita pengembala tersebut. Dari proses yang kebetulan tersebut, maka orang menggunakan air kulit pohon yang serupa dengan batang yang runtuh itu untuk mengobati panas dingin. Dewasa ini mengenal hasilnya sebagai pohon kina sebagai penyakit malaria. Secara garis besar dalam penemuan secara kebetulan tersebut bahwa seseorang telah beruntung menemukan pohon kina didalam air rawa yang menyebabkan dia sembuh dari penyakit malaria tersebut.

            Selanjutnya di bagian kedua dari poin kedua ini mengangkat garis besar tentang Melalui “Trial adn Error” yang pada dasarnya di sampaikan oleh Penulis bahwa pada awalnya dilapangan ilmu jiwa yang sesungguhnya menyatukan dua jenis pengertian : “Percobaan dan Kesalahan”. Yang pada dasarnya pada bagian ini menjelaskan bahwa sangant tepat disebut satu percobaan. Bila percobaan yang satu gagal, mungkin sekali percobaan yang berikutnya berhasil. Dan ditarik kesimpunan bahwa setiap percobaan berikutnya tidak lagi semata-mata berarti penglangan percobaan yang mendahuluinya, tetapi merupakan perbaikan-perbaikan.

            Dibagian ke-tiga diperkenalkan garis besar Melalui Otoritas atau kewibawahan pada poin kedua ini. berdasarkan pada penghormatan pada suatu pendapat yang dikeluarkan oleh badan atau oleh orang tertentu dianggap mempunyai kewibawaan kata Penulis. Pernyataan tersebut dilanjutkan bahwa seringkali orang-orang tidak lagi berusaha mencari jalan lain untuk kebenaran pendapat itu. Dengan kata lain orang-orang ini menganggap pendapat itu sebagia kebenaran yang dengan sendirinya harus diambil sebagai pegangan. Suatu pendapat mungkin saja dapat disepakati sebagai pendapat ahli. Pendapat tersebut menjadi milik umum yang “berwibawa”itu.

            Berlanjut ke bagian ke-empat tentang pemecahan cara spekulasi dijelaskan pada Penulis yakni didalam sifat-sifatnya yang tertentu cara ini ada persamaan dengan “Trial and Error” dan sering kalu juga disamakan akan tetapi lebih teratur atau sistematis sifatnya. Sesuatu yang dapat mempunyai pandangan yang tajam kata Penulis kadang dapat juga membuktikan adanya kebenaran yang dicapai melalui spekulasi. Dilanjutkan bahwa Spekulasi tidak memberikan susunan kepastian di dalam cara kerja, lagi pula tidak setiap orang mempunyai cara  pandang yang tajam untuk dapat berspekulasi dengan berhasil, sebab spekulasi memikul resiko untung rugi.

            Selanjutnya di bagian ke-lima tentang berpikir kritis dan berdasarkan pengalaman, menurut Penulis disinilah orang mencari kebenaran melaui pengalamannya secara kritits atau dituangkan dengan cara kritisi. Keuntungan besar yang dimiliki oleh manusia ialah adanya kemampuan berfikir dan mempunyai berbagai pengalaman. Melalui berpikir kritis ini dapt dikatakan bahwa dari sinilah bermula muncul metode penyelidikan. Dilangsir dari tulisan Harbani Pasolong dalam bukunya. Dan ditarik kesimpulan bahwa salah satu sumber dari ilmu pengetahuan adalah sebuah pengalaman pribadi maupun kelompok orang.

            Masih sehubungan dengan Manusia mencari kebenaran di bagian ke-enam tersaji Intuitif sebagai garis bagian poin ke dua. Bahwa kebenaran yang diperoleh melalui secara intuitif dengan secara cepat dan proses yang tidak disadari atau tanpa berpikir terlebih dahulu. Kata Penulis kebenaran melalui intuitif sukar dipercaya karena tanpa menggunakan langkah-langkah yang sestematis. Metode ini disebut metode “apriori”. Dalil-dalil seseorang yang apriori yang cocok penawarannya, belum tentu cocok dengan pengalaman atau data emprisnya. Sehingga meskipun validitas intuisi diraguakan banyak pihak, ada sementara ahli menaruh perhatian pada kemampuan manusia yang satu ini.

            Bagian selanjutnya yakni Wahyu dimana kebenaran diperoleh melalui wahyu bukan disebabkan penalaran manusia secara aktif, tetapi diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah dan para Nabi-Nabi sebelumnya. Kebenaran ilmiah ini diperoleh melalui penelitian ilmiah dibangun dari teori tertentu. Dan kebenaran ini mutlak adanya dengan ditemukan nya oleh peneliti dewasa ini tentang kebenran kisah dari turunnya wahyu tersebut. Menurut Penulis mengutip dari Comete, sebelum orang berfikir positif, maka adalah tahapan teologis dan metafisikam bahwa segala sesuatu lebih banyak ditentukan oelh “sesuatu yang bersifat ghaib” dan berada di luar kemampuan manusia.

            Dibagian terakhir dari Poin kedua ini yakni dengan cara melalui penelitian ilmiah. Dengan cara mencari kebenaran yang diapndang cara ilmiah adalah melalui metode penyelitikan yakni penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Penellititan ilmiah meliputi 2 anggapan dasar, yaitu : pertama, bahwa kebenaran dapat diperoleh dari pengamatan dan kedua, bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan-hubungan yang berlaku menurut hukum tertentu. Penelitian ini merupakan penggabukan dari pendekatan empiris dan pendekatan rasional. Penulis pun mengungkapkan suatu kebenaran dapt disebut sebagai kebenaran ilmiah bila melalui dua syarat utama, yaitu : pertama, harus sesuai dengan kebenaran ilmiah sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi kotradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan, dna kedua, harus sesuai dengna fakta-fakta empiris.

            Di poin ke-tiga tersaji Kebenaran Ilmiah diaman pentinya pengujian hipotesa ialah guna mencapai kebenaran yang berasal dari akar kata “benar” salah satu diantara norma dasar yang diajarkan filsafat kata Penulis. Adapun yang dapt digunakan sebagai kriteria-kriterian kebenaran ilmiah adalah: (1) Sesuai dengan fakta salah satu indikator kebenaran yaitu harus sesuai dengan fakta yang terjadi. Karena fakta merupakan suatu data atau informasi yang mendukung suatu kebenaran. (2) Sesuai dengan ketentuan, yang pada dasarnya kebenaran dapat diperoleh melalui ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat (publik). Benar tidaknya suatu permasalahan yang dihadapi manusia sangant ditentukan oleh peraturan yang berlaku di masyarakat atau publik. (3) Obyektif, dimana kita diantarkan ke sesuatu yang disebut benar bila seusuatu itu obyektif, didalam hal ini, obyektif lepas dari subyekrifitas atau kesadaran. (4) Sesuai Bukti Akal, walaupun pada dasarnya ada sesuatu hal yang tidak dapat dibuktikan dengan empiris yakni keberadaan Tuhan Misalnya. Akan tetapi bukti akal memberikan keyakinan, bahwa tuhan benar-benar ada, karena kalau tidak ada, dari mana asal mula semua fakta yang dapat diamati semua.

            Selanjutnya di Poin Ke-empat tentang Penelitian, Penulis menyatakan bahwa suatu yang dapat diakatakan penelitian ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat keilmiahan; pertama, peneliti harus beriskap ilmiah yaitu skeptis, kritis, dan analisis, kedua penelitian ilmiah atau dilakukan dan disajikan secara ilmiah. Beberapa penulis juga dilangsir oleh Harbani Pasolong di tuangkan dalam bukunya tentang menyamakan penelitian ilmiah dengan penelitian murni dan penulis lainnya membedakannya Emory (1980). Penelitian murni merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sedangkan penelitian terapan lebih ditekankan untuk pengambilan kepututsan atas problem yang dihadapi. Dari definisi tersebut malka ada dua hal yang perlu di tekankan: Pertama, penelitian bersifat sistematis dan terkontrol berarti bahwa penyelidikan ilmiah tetata dengan cara-cara tertentu, Kedua, Penyelitikan ilmiah bersifat empiris jika hasil penelitian sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Dijelaskan pula oleh Penulis bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian adalah merupakan suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tuuan dan keguanaan teretentu.

            Dan di bab ini terakhir dituangkan garis besar dengan judul Etika Penelitian. Dimana diawali dengan istilah Etika yang berasal dari bahasa Yunani yakni ethos. Istilah etika bilah ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku di masyarakat (Publik). Seterusnya melangkah ke poin inti bahwa Etika Penelitian menurut Harbani Pasolong  yang mengutip dari salah satu sumber yakni Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat beberapa prinsip utama yang perlu dipahami oleh peneliti, yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, dan memperhitungkan manfaan dan kerugian yang ditimbukan , Milton (1999); Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, (2004). Adapun prinsip penelitian lainnya yang pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Perinsip yang kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Dan perinsip yang ketiga yaitu perinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan keadilan.