Review Buku Metode Penelitian Administrasi Publik
Judul Buku :
METODE PENELITIAN ADMINISTRASI PUBLIK
Judul Bab 1 : PENDAHULUAN
Penulis :
Dr. Harbani Pasolong, M.Si.
Penerbit :
ALFABETA, cv
Tahun Terbit : 2016
ISBN :
978-602-9328-30-1
Halaman Buku : 262+XIV
Halaman Bab. 1 : 25 (halaman 1-25)
Cetakan Ketiga : Mei 2016
Nama Reviewers :
Ahmad Nadirul Haq
Pada awal bab ini didahului dengan intro dari poin pembuka
yakni Konsep Masalah. Pada dasarnya diceritakan bahwa perjalanan hidup
manusia atau kehidupan selalu menghadapi berbagai masalah, baik malah yang di
sengaja maupun yang tidak di sengaja, dan jarang juga orang dapat melewatkan
waktu tanpa adanya masalah di dalam sehari Ujar Penulis dalam konsep
masalah ini. banyak masalah yang dihadapi dulu dimasa lampau hingga saat ini, apakah
itu berat atuapun ringan masalah tersebut akan selalu muncul beriringan dengan
hidup, sehingga waktu kemungkinan akan muncul kembali di masa-masa mendatang
menghapiri kita dengan masalah sebelumnya yang hadir kembali diwaktu yang
berbeda. Oleh sebab itu Penulis menanggapinya bahwa manusia harus lebih
banyak belajar dari pengalaman menghadapi masalah yang pernah di hadapinya atau
dialaminya sendri. Sehingga saya berpandangan bahwa tulisan tersebut
memperingati kita bahwa jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama di balik masalah
yang sama, karena itu sama dengan tidak belajar dari maslah yang pernah di alami.
Dilanjutkan masih dalam poin konsep masalah bahwa orang
yang mempunyai banyak pengalaman atau orang yang banyak menghadapi masalah,
pada umumnya dapat memecahkan masalah lebih gampang daripada orang yang sedikit
pengalama atau orang yang kurang menghadapi masalah ujar Penulis dalam
bukunya. Di kutip pula dalam buku ini Penulis menyatakan bahwa pengalaman
iialah suatu hal yang berulang-ulang dilakukan atau dialami oleh manusia. Dipoin
ini juga di jabarkan beberapa bagian, yang pertama adalah pengertian masalah
yang didalamnya ditulis bahwa pada prinsipnya, masalah muncul apabila ada gap
atau kesenjangna antara “Das Sollen” dan “Das Sein” atau
perbedaan antara apa seharusnya dengan apa yang tidak seharusnya, antara apa
yang dibutuhkan dan apa yang tersedia, antara apa yang diharapkan dan apa yang
menjadi kenyataan. Penulis juga menjelaskan secara umum bahwa Masalah
adalah suatu kendala atau personal yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah
merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan
baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Dan dari uraian tersebut
Penulis menyatakan pengertian masalah yakni “perbedaan seharusnya dengan
apa yang tidak seharusnya atua perbedaan ideal normarif dengan aktual empirik”.
Seperti dikutip oleh Penulis pada kemukaan pendapat
oleh Emory (1995), bahwa, baik penelitian mrni maupun terapan, semuanya
berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat
digunakan untuk membuat keputusan. Sendangkan penelitian murni sebagi dasar
pengembangan ilmu pengetahuan. Mengutip perkataan Tuckman (1988: 25)
bahwa bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul
masalah, maka pekerjaan penelitian sudah dapat dikatakan selesai 50%.
Bagian kedua dari poin konsep masalah yakni jenis-jenis
masalah dimana dituangkan oleh Penulis ada 2 jenis masalah, yakni : (a)
Masalah Privat merupakan masalah yang dapat diatasi tanpa mempengaruhi atau
melibatkan pemerintah dalam penyelesaiannya serta masalah pribadi tidak dapat
dijadikan dasar untuk melakukan penelitian, dan (b) Masalah Publik adalah masalah yang
dapat diselesaikan dengan melalui kebijakan pemerintah seperi pelayanan KTP,
IMB, surat nikah, surat kematian dan lainnya.
Pada bagian ketiga masih dari poin konsep masalah yakni
sumber Masalah. Penulis mengutip perkataan Stoner dalam Sugiyono
(2004:26), mengemukakan bahwa masalah-masalah penelitian dapat diketahui
bila : (a) Terdapt Gap antara pengalaman dengan kenyataan, (b) Terdapat gap
antara yang telah direncanakan dengan kenyataan, (c) ada pengaduan dari publik,
dan (d) ada Kompetisi. Selain itu, malasah penelitian dapat pula bersumber dari:
(a) Pustaka, yaitu laporan-laporan penelitian sebelumnya yang selalu memuat implikasi
untuk penelitian, (b) Pertemuan Ilmiah, yaitu merupakan sumber masalah dalam
suatu penelitian atau karya tulis, (c) pengalaman pribadi, yaitu suatu
pengalaman yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi dalam
keluarga, kelompok dan publik, (d) pengamatan, yaitu mengamati fenomena-fenomena
sosial yang dilanjutkan dengan penelitian, dan (e) pernyataan pemegang
kekuasaan, yaitu baik dalam pemerintahan maupun dalam bidang ilmu tertentu atau
baik praktisi maupun cendekiawan dapat menjadi sumber masalah penelitian.
Bagian ke-empat merupakan pilihan masalah dimana Penulis
menjelaskan bahwa dalam memilih masalah atau mengidentifikasi masalah
selalu kita diperhadapkan dengan beberapa masalah, oleh karena itu disarankan
lah bahwa pilihlah masalah yang paling layak dan mempunyai manfaat untuk
diteliti. Pertimbangan yang dapat digunakan untuk memilih atua menentukan
apakah suatu masalah layak untuk diteliti atau tidak, pada dasarnya dilakukan
dua arah yaitu : pertimbangan dari Arah Masalahnya yakni memberikan subangan
kepada pengembang teori dalam bidan ilmu yang bersangkutan serta pemecahan
masalah-masalah praktis, pertimbangan arah seorang penelti yakni dalam
hal ini perlu di pertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti.
Sesuai tidak nya bergantung pada maslah tersebut “managable” atau
tidak oleh seorang “managabel topic” ini terutama di ukur dari ;
(1) kemampuan pengetahuan atau bidang ilmu yang dikuasainya, (2) biaya yang
tersedia, (3) alat-alat yang tersedia, (4) penguasaan metode penelitian yang
diperlukan, dan (5) ketersediaan data.
Masih dalam poin pertama melangkah ke bagian ke-lima
yakni Rumusan Masalah. Penulis mengutip
perkataan dari Fraenkel & Wallen (1990: 22), bahwa rumusan
maslaah dalam suatu penelitian yaitu sebagai berikut : (a) Masalah harus Feasible,
bahwa maslah tersebut harus dicarikan jawaban melalui sumber uang jelas,
tidak mengkhabiskan banyak dana, tenaga, dan waktu, (b) Masalah harus Jelas,
yaitu semua dapat memberikan persepsi yang sama, (c) Masalah Harus signifika,
dalam arti jawaban atas masalah terbut harus memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan, dan (d) Masalah bersifat etis, yaitu tidak
berkenaan dengan hal-hal yang tidak bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan
dan agama. Sedangkan dalam membandingkan argumen Tokoh Peneliti maka dari itu Penulis
juga menuangkan pendapat dari Tuckman
dalam Sugiono (2004: 26), mengatakan bahwa masalah yang baik adalah
hubungan antara dua variabel atua lebih (menurut Penulistidak harus),
dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, atau alternative yang tetapi
secara implisit mengandung pertanyaan. Dari hal tersebut Penulis menyatakan
setelah maslah di identifikasi dan dipilih langkah selanjutnya adalah masalah
perlu di rumuskan sesui dari garis besar poin ke-lima ini. Adapun perumusan
masalah dalam suatu penelitian yakni : (a) sebaiknya dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya, (b) harus singkat, padat dan jelas, (c) memberikan petunjuk
tentang adanya kemungkinan untuk mengumpulkan data, (d) memberikan petunjuk
tentang analissi data yang digunakan, dan (e) harus berkaitan dengan
jenis-jenis variabel penelitian. Adapun kelemahan dalam menganggulangi masalah
pada pokoknya menurut Penulis bersumber pada dua sebab, yakni ; Kekurangan
formal dan kekuraangan materil.
Adapun bentuk bentuk masalah penelitian pada bagian ke-enam
poin Konsep Masalah yakni Penulis langsung mengutip pernyataan Sugiyono
(2004: 26), bentuk-bentuk masalah penelitian terjadi dari : (a) Permasalahan
Deskriptif adalh suatu permasalahanyang berkenaan dengan pernyataan
terhadap keberadan variabel mandri, baik hanya satu variabel atau lebih, (b)
Permasalahan Komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, dan (b) Permasalahan Asosiatif adalah pernyataan
penelitian yang berisfat hubungan antara dua variabel atau lebih. Dimana utnuk
permasalahan ini terdapat tida bentuk hubungan yaitu : (1) Hubungan Sistematis,
(2) Hubungan Kasual, dan (3) Hubungan Resiprokal/timbal balik.
Melangkah ke poin kedua tentang Manusia mencari
kebenaran tersajikan oleh Penulis tentang manusia merupakan makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dan seterusnya sampai dengan simpulan awal bahwa
dalam usaha manusia mencari kebenarannya telah ditempuh berbagai macam-macam
cara, mulai dari tingkat yang paling sederhana yaitu secara kebetulan sampai kepada
tingkat paling Ilmiah atau dengan kata lain mencari kebenaran dengan menggunakan
metode ilmiah.
Di poin kedua ini terebagi beberapa bagian, dimana bagian
awal mengangkat garis besar pernemuan secara kebetualan. Penemuan secara kebetulan
kata Penulis dapat dipahami melalui cerita dalam sejarah penemuan obat
penyakit malaria yang ditemukan secara kebetulan, yaitu seorang pengembara
sedang menderita penyakit demam yang begitu lama. Singkatnya ditengah sakitnya
dia minum air rawa yang di dalam rawa tersebut ada pohon yang tumbang termakan
air rawa dan air dari rawa tersebut kotor akan tetapi merupakan sebab akibat
sembuhnya dari penyakit panas dingin yang diderita pengembala tersebut. Dari proses
yang kebetulan tersebut, maka orang menggunakan air kulit pohon yang serupa
dengan batang yang runtuh itu untuk mengobati panas dingin. Dewasa ini mengenal
hasilnya sebagai pohon kina sebagai penyakit malaria. Secara garis besar dalam
penemuan secara kebetulan tersebut bahwa seseorang telah beruntung menemukan
pohon kina didalam air rawa yang menyebabkan dia sembuh dari penyakit malaria
tersebut.
Selanjutnya di bagian kedua dari poin kedua ini
mengangkat garis besar tentang Melalui “Trial adn Error” yang pada
dasarnya di sampaikan oleh Penulis bahwa pada awalnya dilapangan ilmu
jiwa yang sesungguhnya menyatukan dua jenis pengertian : “Percobaan dan Kesalahan”.
Yang pada dasarnya pada bagian ini menjelaskan bahwa sangant tepat disebut satu
percobaan. Bila percobaan yang satu gagal, mungkin sekali percobaan yang
berikutnya berhasil. Dan ditarik kesimpunan bahwa setiap percobaan berikutnya
tidak lagi semata-mata berarti penglangan percobaan yang mendahuluinya, tetapi
merupakan perbaikan-perbaikan.
Dibagian ke-tiga diperkenalkan garis besar Melalui
Otoritas atau kewibawahan pada poin kedua ini. berdasarkan pada penghormatan
pada suatu pendapat yang dikeluarkan oleh badan atau oleh orang tertentu
dianggap mempunyai kewibawaan kata Penulis. Pernyataan tersebut
dilanjutkan bahwa seringkali orang-orang tidak lagi berusaha mencari jalan lain
untuk kebenaran pendapat itu. Dengan kata lain orang-orang ini menganggap
pendapat itu sebagia kebenaran yang dengan sendirinya harus diambil sebagai
pegangan. Suatu pendapat mungkin saja dapat disepakati sebagai pendapat ahli. Pendapat
tersebut menjadi milik umum yang “berwibawa”itu.
Berlanjut ke bagian ke-empat tentang pemecahan cara spekulasi
dijelaskan pada Penulis yakni didalam sifat-sifatnya yang tertentu cara
ini ada persamaan dengan “Trial and Error” dan sering kalu juga
disamakan akan tetapi lebih teratur atau sistematis sifatnya. Sesuatu yang
dapat mempunyai pandangan yang tajam kata Penulis kadang dapat juga
membuktikan adanya kebenaran yang dicapai melalui spekulasi. Dilanjutkan bahwa
Spekulasi tidak memberikan susunan kepastian di dalam cara kerja, lagi pula
tidak setiap orang mempunyai cara
pandang yang tajam untuk dapat berspekulasi dengan berhasil, sebab
spekulasi memikul resiko untung rugi.
Selanjutnya di bagian ke-lima tentang berpikir kritis dan
berdasarkan pengalaman, menurut Penulis disinilah orang mencari
kebenaran melaui pengalamannya secara kritits atau dituangkan dengan cara kritisi.
Keuntungan besar yang dimiliki oleh manusia ialah adanya kemampuan berfikir dan
mempunyai berbagai pengalaman. Melalui berpikir kritis ini dapt dikatakan bahwa
dari sinilah bermula muncul metode penyelidikan. Dilangsir dari tulisan Harbani
Pasolong dalam bukunya. Dan ditarik kesimpulan bahwa salah satu sumber dari
ilmu pengetahuan adalah sebuah pengalaman pribadi maupun kelompok orang.
Masih sehubungan dengan Manusia mencari kebenaran di
bagian ke-enam tersaji Intuitif sebagai garis bagian poin ke dua. Bahwa kebenaran
yang diperoleh melalui secara intuitif dengan secara cepat dan proses yang
tidak disadari atau tanpa berpikir terlebih dahulu. Kata Penulis kebenaran
melalui intuitif sukar dipercaya karena tanpa menggunakan langkah-langkah yang
sestematis. Metode ini disebut metode “apriori”. Dalil-dalil seseorang
yang apriori yang cocok penawarannya, belum tentu cocok dengan
pengalaman atau data emprisnya. Sehingga meskipun validitas intuisi diraguakan
banyak pihak, ada sementara ahli menaruh perhatian pada kemampuan manusia yang
satu ini.
Bagian selanjutnya yakni Wahyu dimana kebenaran diperoleh
melalui wahyu bukan disebabkan penalaran manusia secara aktif, tetapi diturunkan
Allah SWT kepada Rasulullah dan para Nabi-Nabi sebelumnya. Kebenaran ilmiah ini
diperoleh melalui penelitian ilmiah dibangun dari teori tertentu. Dan kebenaran
ini mutlak adanya dengan ditemukan nya oleh peneliti dewasa ini tentang kebenran
kisah dari turunnya wahyu tersebut. Menurut Penulis mengutip dari
Comete, sebelum orang berfikir positif, maka adalah tahapan teologis dan
metafisikam bahwa segala sesuatu lebih banyak ditentukan oelh “sesuatu yang
bersifat ghaib” dan berada di luar kemampuan manusia.
Dibagian terakhir dari Poin kedua ini yakni dengan cara
melalui penelitian ilmiah. Dengan cara mencari kebenaran yang diapndang cara
ilmiah adalah melalui metode penyelitikan yakni penyaluran hasrat ingin tahu
manusia dalam taraf keilmuan. Penellititan ilmiah meliputi 2 anggapan dasar,
yaitu : pertama, bahwa kebenaran dapat diperoleh dari pengamatan dan kedua,
bahwa gejala itu timbul sesuai dengan hubungan-hubungan yang berlaku menurut
hukum tertentu. Penelitian ini merupakan penggabukan dari pendekatan empiris
dan pendekatan rasional. Penulis pun mengungkapkan suatu kebenaran dapt
disebut sebagai kebenaran ilmiah bila melalui dua syarat utama, yaitu : pertama,
harus sesuai dengan kebenaran ilmiah sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi
kotradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan, dna kedua, harus sesuai
dengna fakta-fakta empiris.
Di poin ke-tiga tersaji Kebenaran Ilmiah diaman
pentinya pengujian hipotesa ialah guna mencapai kebenaran yang berasal dari
akar kata “benar” salah satu diantara norma dasar yang diajarkan filsafat kata Penulis.
Adapun yang dapt digunakan sebagai kriteria-kriterian kebenaran ilmiah adalah:
(1) Sesuai dengan fakta salah satu indikator kebenaran yaitu harus
sesuai dengan fakta yang terjadi. Karena fakta merupakan suatu data atau informasi
yang mendukung suatu kebenaran. (2) Sesuai dengan ketentuan, yang pada dasarnya
kebenaran dapat diperoleh melalui ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat
(publik). Benar tidaknya suatu permasalahan yang dihadapi manusia sangant
ditentukan oleh peraturan yang berlaku di masyarakat atau publik. (3) Obyektif,
dimana kita diantarkan ke sesuatu yang disebut benar bila seusuatu itu
obyektif, didalam hal ini, obyektif lepas dari subyekrifitas atau kesadaran.
(4) Sesuai Bukti Akal, walaupun pada dasarnya ada sesuatu hal yang tidak
dapat dibuktikan dengan empiris yakni keberadaan Tuhan Misalnya. Akan tetapi
bukti akal memberikan keyakinan, bahwa tuhan benar-benar ada, karena kalau
tidak ada, dari mana asal mula semua fakta yang dapat diamati semua.
Selanjutnya di Poin Ke-empat tentang Penelitian, Penulis
menyatakan bahwa suatu yang dapat diakatakan penelitian ilmiah apabila memenuhi
syarat-syarat keilmiahan; pertama, peneliti harus beriskap ilmiah yaitu
skeptis, kritis, dan analisis, kedua penelitian ilmiah atau dilakukan dan
disajikan secara ilmiah. Beberapa penulis juga dilangsir oleh Harbani
Pasolong di tuangkan dalam bukunya tentang menyamakan penelitian ilmiah
dengan penelitian murni dan penulis lainnya membedakannya Emory (1980). Penelitian
murni merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan sedangkan penelitian terapan lebih ditekankan untuk pengambilan
kepututsan atas problem yang dihadapi. Dari definisi tersebut malka ada dua hal
yang perlu di tekankan: Pertama, penelitian bersifat sistematis dan
terkontrol berarti bahwa penyelidikan ilmiah tetata dengan cara-cara tertentu, Kedua,
Penyelitikan ilmiah bersifat empiris jika hasil penelitian sesuai dengan fakta-fakta
yang ada. Dijelaskan pula oleh Penulis bahwa yang dimaksud dengan metode
penelitian adalah merupakan suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan
tuuan dan keguanaan teretentu.
Dan di bab ini terakhir dituangkan garis besar dengan
judul Etika Penelitian. Dimana diawali dengan istilah Etika yang berasal
dari bahasa Yunani yakni ethos. Istilah etika bilah ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku di
masyarakat (Publik). Seterusnya melangkah ke poin inti bahwa Etika Penelitian
menurut Harbani Pasolong yang
mengutip dari salah satu sumber yakni Etika penelitian memiliki berbagai macam
prinsip, namun terdapat beberapa prinsip utama yang perlu dipahami oleh
peneliti, yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan
kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, dan memperhitungkan
manfaan dan kerugian yang ditimbukan , Milton (1999); Loiselle,
Profetto-McGrath, Polit & Beck, (2004). Adapun prinsip penelitian lainnya
yang pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian. Perinsip yang kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Dan perinsip yang ketiga
yaitu perinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan keadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar