Review Buku Kepemimpinan
Birokrasi
Judul Buku : KEPEMIMPINAN BIROKRASI
Judul Bab 9 : KEPEMIMPINAN DAN KEPUTUSAN
Penulis : Harbani Pasolong
Penerbit : ALFABETA
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 978-979-8433-79-5
Halaman Buku : 234 Halaman
Halaman Bab. 10 : 17 Halaman (154-170)
Cetakan : Ke Empat
Nama Reviewers : Ahmad Nadirul Haq
Pada awal bab ini didahului dengan
intro yang mengatakan tugas pokok suatu pemimipin yang menjadi rutinitasnya di
sutatu birokrasi yakni mengambil sutu keputusan. Dilanjutkan bahwa efektifitas
sutu pemimpin bukan tentang keterampilan melakukan kegiatan teknis maupun tugas
oprasional, akan tetapi sesosok pemimpin akan ditentukan oleh bagaimana caranya
dia mampu atau memiliki kemampuan dalam mengambil suatu keputusan.
Maka dari itu penulis mengatakan di
bab ini bahwa salah satu syarat kepemimpinan birokrasi dalam menduduki sutu jabatan
yakni bagaimana caranya dia harus berani mengambil sutu keputusan yang efesien,
efektif, rasional dan pemimpin harus siap memikul tanggungjawab atas dampak
atau resiko yang muncul sebagai konsekuensi pemimpint tersebut.
Adapun yang dituangkan penulis dalam
bukunya khusunya bab ini yakni menurut Siagian yang di kutip oleh penulis (2004:38), keberanian pemimpin dalam mengambil
keputusan kalau : (1) pemimpin mempunyai kemampuan analisis yang tinggi, (2)
pemimpin mempunyai pengaruh dari faktor lingkungan tempat birokrasi yang
dipimpinnya beroprasi, (3) secara teknis mengetahui apa yang hendak dicapai
oleh birokrasi yang dipimpinnya, (4) pemimpin yang bersangkutan memiliki
pengtahuan yang mendalam tentang dirinya sendiri, kekuatan-kekutan dan
kelemahan-kelemahannya, termasuk didalammya kemampuan dan kemauan belajar terus
menerus, (5) pemimpin mendalami tentang perilaku bawahannya.
Melangkah pada beberapa tanggapan
diatas di bab ini juga di tuliskan suatu konsep pengambilan keputusan sehingga
pemimpin dapat menelaah cara dalam mengambil keputusan seperti dalam hal
mengambil keputusan di birokrasi itu sendiri. Sebelum membahas di konsep di
spesifikkan lah pengertian pengambilan keputusan memjadi pengambilan keputusan
merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif
secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara
pemecahan masalah. Dan disimpulkan pula oleh penulis bahwa pengambilan keputusan
rasional adalah membut beberapa pilihan-pilihan yang konsisten dan
memaksimalkan nilai dalam batasan tertentu.
Didalam suatu keputusan merupakan
hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Menurut Harbani Pasolong
mengutip suatu argumentasi ahli yakni Robbins (2006:180) keputusan
adalah pilihan yang di butat dari dua atau lebih alternatif. Sendangkan dikutip
lagi oleh penulis yakni Harbani Pasolong bahwa Stoner juga
mengatakan (1996) bahwa keputusan adalah pemilihan di antara alternatif-alternatif.
Di definisi ini mengandung 3 penjabaran pengertian berupa (1) ada pilihan atas
dasar logika atau pertimbangan, (2) ada beberapa alternatif yang harus dan
dipilih salah satu yang terbaik, (3) ada tujuan yang ingin dicapai , dan keputusan
ini makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Di bab kali ini masih di dalam
pembahasan tentang konsep pengambilan keputusan juga di definisikan tentang
masalah yang mengatakan bahwa masalah muncul apabila ada gap atau
kesenjangan antara “Das Sollen” dan “Das Sein”
atau perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya. Penulis
dalam hal ini mengutip perbedaan masalah privat dan masalah publik yang di rumuskan
oleh Jones (1991:71) yakni: masalah privat adalah masalah yang dapat
diatasi tanpa mempengaruhi atau melibatkan pemerintah sedangkan masalah publik
adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan melalui kebijakan pemerintah. Juga
penulis berupaya mengungkap sifat-sifat masalah publik dengan mengutip satu
tokoh yakni Dunn (1994:140-141) yang mengatakan masalah publik mempunyai
karakteristik sebagai berikut : (1) saling ketergantungan, (2) subjekrivitas,
(3) Artificialitiy masalah, dan (4) dinamika masalah.
Tahapan dalam perumusan masalah juga
merupakan suatu garis besar yang di tuangkan penulis di bab kepemimpinan dan
keputusan ini, serta mengatakan bahwa permusan masalah dapat dipandang sebagai
sutu proses yang terdiri dari empat tahap : (1) pencarian masalah (Problem
search), (2) pendefinisian masalah (Problem definition), (3)
spesifikasi masalah (probem specification), dan (4) Pengenalan masalah (Problem
sensing). Adapun kutipan yang masukkan di bab ini oleh penulis berupa kutipan
dari Patton & Sawicki (1987:107), yaitu : Tahap 1, yaitu pikirkan
kenapa suatu gejala dianggap sebagai masalah, Tahap 2, yaitu tetapkan batasan masalah
yang akan dipecahkan, Tahap 3, yaitu kumpulkan fakta dan informasi yang
berhubungan dengan masalah yang telah ditetapkan, Tahap 4, yaitu rumuskan tujuan
dan sasaran yang akan dicapai, Tahap 5, yaitu identifikasi variabel-bariabel
yang mempengruhi masalah, Tahap 6, yaitu tunjukkan biaya dan manfaat dari
masalah yang hendak diatasi, dan, Tahap 7, yaitu rumuskan masalah kebijakan
dengan baik.
Masuklah kembali kepada Tahapan
Pengambilan Keputusan sebagai garis besar ke empat dari bab ini. Penulis pula
mengutip pendapat ahli yakni menutut Simon (1007) sebagai pemegang hadia
Nobel mengatakan bahwa ada 3 tahap yaitu : (1) kegiatan inteligen, (2) kegiatan
desaim, (30 kegiatan pemilihan
Adapun Fungsi Pengambilan yang di
tuangkan pengulis yakni sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecah an masalah
memiliki fungsi antara lain yaitu sebagai berikut: (a) pangkal permulaan dari
semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun
secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional. (2)
sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan,
masa yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. Setelah dengan
fungsi tersebut adapun tujuan pengambilan keputusannya yakni (1) tujuan bersifat
tunggal berupaa apabila kepututsan yang dihasilkan hanya menyangkut satu
masalah, dan (2) tujuan yang bersifat ganda berupa apabila keputusan yang di
hasilkan itu menyangkut dengan lebih dari satu masalah
Di dalam pengambilan
keputusan ini di berikan lah unsur-unsur pengambilan keputusan berupa (1)
tujuan dari pengambilan keputusan, (2) identifikasi alternatif-alternatif keputusan
untuk memecahkan masalah, (3) perhitungan terhadap faktor-faktor yang tidak
dapat diketahui sebelumnya di luar jangkauan manusia, (4) sarana atau alat
untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.
selain dari hal
itu semua juga di gambarkan suatu dasar-dasar pengambilan keputusan oleh penulis
yang tertuang di bab ini dan merupakan garis besar yang ke 6. Harbani
Pasolong menyebut Terry di dalam bukunya dalam menjelaskan 5 dasar
pengambilan keputusan yaitu (1) Insting, (2) Pengalaman, (3) Fakta, (4) wewenang,
dan (5) Rasional. Serta di gambarkan pula 5 faktor yang di tuangkan penulis dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan yakni ; (1) posisi, (2) maslah, (3), situasi,
(4) kondisi, (5) tujuan, dana adapun tambahan kutipan yakni kepribadian yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut.
Adapun model
pengambilan keputusan terbagi menjadi 11 jenis model pengambilan kepututsan
berupa : (1) model kuantitatif, (2) model kuatitatif, (3) medel probabilitas,
(4) model nilai harapan, (5) model matriks, (6) model kurva tak acuh (indiferen),
(7) model verbal, (8) model permainan operasional, (9) model kepututsan
rasional, (10) model intuitif, dan (11) model pohon. Ke 11 model ini di
cantumkan penjelasan secara spesifik oleh penulis untuk di fahami pembaca.
Adapun gaya
pengambilan keputusan yang dikutip penulis dan di sampaikan di buku kususnya
bab ini adalah menurut Luthans (2006:416) yaitu ada 4 gaya yakni (1) gaya
direktif, (2) gaya analitik, (3) gaya konseptual, (4) gaya prilaku. Ke 4 gaya
ini di perkenalkan dan dijelaskan di buku tersebut, serta penulis tidak lupa
mencantumkan pendapat ahli.
Di garis besar
terakhir di berikan oleh penulis yakni Jenis-jenis pengambilan keputusan dimana
dibedakan menjadi 2 yakni :
(1)
berdasarkan programnya terbagi atas 2 jenis yani : pengambilan keputusan
terprogram dan pengambilan kepututsan tidak terprogram
(2)
bedasarkan lingkungannya terbagi atas 4 yaitu : (a) pengambilan kepututsan
dalam kondisi pasti, (b) pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko, (c)
pengambilan keputusan dalam keadaan tidak pasti, dan (d) pengambilan keputusan
dalam kondisi konflik.
Berbagai penjabaran
yang digambarkan semua dijelaskan dengan baik di buku ini sehingga pembaca
tidak hanya mengetahui pembagiannya akan tetapi mengetahui alur yang dibaca
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar