Nama Penulis : Harbani Pasolong
Penerbit : ALFABETA
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 234 Halaman
Jumlah Halaman Bab IV : 14 Halaman
Nomor ISBN : 978-979-8433-79-5
Nama Reviewers : Ahmad Nadirul Haq
A.
Pendahuluan
Sinambela (2006:99),
Menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan pada saat ini menjadi sorotan
masyarakat, karena belumm sesuai dengan tugas dan fungsinya. Perilaku
kepemimpinan di dalam birokrasi di Indonesia merupakan peninggalan dari masa kolonial
penjajah bangsa Belanda. Perilaku seorang pemimpin sangat dipengaruhi berbadai
kondisi, antara lain sejak lahir hingga terbawa sampai menjadi pemimpin dan ada
kalanya melalui pendidikan dan pengalaman sebagai proses untuk menjadi
pemimpin.
Hasil penelitian para ahli, dijelaskan
melalui konsep kepemimpinan yang mulai dipelajari perilaku pemimpin. Jasil
perilaku ini diperoleh gambaran mengenai kelakuan pemimpin yaitu ada dua macam
dimensi utama pemimpin yang dikenal dengan nama konsiderasi (Consideration)
dan struktur inisiasi (initation structure).
B.
Konsep Perilaku
Pemahamam perilaku
manusia dalam birokrasi terlah menjadi semakin penting sebagai urusan pemimpin,
seperti kinerja pegawai pelayanan, kualitas layanan, ketegangan mental (Stress)
dan rintisan karier Ivancech & Donelly (1996:5), Skinner
dalam Gibson (1995:50), berasumsi bahwa pengaruh atas perilaku manusia,
bersal dari lingkungan, karenanya yang harus dijadikan fokus perhatian adalah situasi
bukan perbedaan individu.
Perilaku menurut Ndraha (1997:33),
adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau satu kelompok
dalan atau terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan masyarakat, alam,
teknologi, dana organisasi. Ketika konsep perilaku digabungkan dengam pemimpin
menjadilah “Perilaku Pemimpin”. Akan tetapi apabila pemimbin berperilaku, maka
dapat dikatakan perilaku kepemimpinan. Oleh karena perilaku kepemimpinan
menurut House dalam Hicks
& Gullet (1996:491), adalah menrupakan hal yang multidimensional. Hal
ini merupakan bilangan terbatas, dan berubah ubah menurut keperibadian
pemimpin, persyaratan tugas ditentukan olehnya beserta para pengikutnya, sifat-sifatnya,
kepentingan, harapan-harapan pendukungnya, serta lingkungan organisasi dan
fisik dalam mana beserta mereka melakukan operasi.
Oleh karena itu ada empat kunci
perilaku pemimpin birokrasi yang dapat dikembangkan menuju profesionalisme,
yaitu :
1. Perilaku
pemimpin birokrasi yang lebih dekat kepada masyarakat dengan silap dasar untuk
melayani buakn dilayani
2. Perilaku
pemimpin birokrasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang melalui prigram metode pengendalian
mutu.
3. Perilaku
pemimpin birokrasi dalam mewujudkan mekanisme perencanaan, program anggaran
dengan lebih banyak mendengar dan menyerap aspirasi masyarakat., baik selaku
objek maupun selaku subjek dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Perilaku
pemimpin birokrasi dalam mewujudkan perampingan dan atau penataan kembali agar
lebih mampu dalam pelayanan publik.
C.
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Pemimpin
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku Menurut Ndraha (1997:36), ada 2 faktor yaitu (1)
oleh kondisi yang datang dari luar (lingkungan) dan (2) Kepentingan yang
disadari (dari dalam) oleh yang bersangkutan.
Metode
Membentu Perilaku
Cara membentu perilaku menurut Robbins
(2003:59), ada empat yaitu: (1) Pengutan Positif (2) Penguatan Negative,
(3) hukuman dan (4) pemusnahan. Sdangkan Dessler (1997:99) , mengatakan
bahwa perilaku manusia terbentuk melalui proses dari adanya kebutuhan (needs),
keinginan (Want), motivasi, sikap dan niat. Hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar:
Perubahan Perilaku Manusia Dessler (1997:101)
Hubungan
Nilai-nilai Budaya dengan Perilaku Pemimpin
a. Hubungan
antara kejujuran dan perilaku
Menurut
Wijaya (2000:1), bahwa jujur diartikan secara baku adalah “mengakui”,
berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.
b. Hubungan
antara kepandaian dengan perilaku pemimpin
Kinerja
organisasi akan tercapai apabila pemimpin birokrasi mempunyai kepandaian dalam
mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan pekerjaan Hadiati (2001:27)
c. Hubungan
antara kepatutan dengan perilaku
Pemimpin
pada dasarnya merupakan kunci utama dalam keberhasilan organisasi, baik dilihat
dari pemimpin sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok yang
menduduki jabatan. Dalam artian bahwa penempatan pemimpin birokrasi harus di
sesuaikan tuntutan jabatan dalam suatu organisasi, artinya pemimpin birokrasi
ditempat dalam suatu jabatan senantiasa didasarkan pada kemampuan yang dimiliki
d. Hubungan
antara usaha dengan perilaku
Usaha
atau etos kerja dapat diartikan sebagai: (1) sebagi panduan tingkah laku bagi
seseorang pemimpin dalam sebuah birokrasi, (2) etos kerja merupakan perilaku
khas suatu komunitas dan organisasi mencakupi motivasi, (3) Sehimpun perilaku
positif yang lahir sebagai sebuah keyakinan fundamental dan komitmen total pada
sehimpun paradigma kerja integral.
e. Hubungan
Antara harga diri dengan perilaku pemimpin
Harga
diri atau self-Esteem merujuk pada penilaian subjektif seseorang tentang
dirinya sebagai positif dan negatif.
D.
Menyesuaikan Perilaku Pemimpin Birokrasi dengan Situasi
Pemimpin birokrasi yang baik adalah
pemimpin yang selalu menyesuaikan perilakunya dengan keadaan pekerjaan dan
keadaaan pegawainya. Cribbin (1985:108), mengatakan bahwa seorang
pemimpin yang baik adalah akan menyesuaikan perilakunya dengan tuntutan
keadaan. Cribbin memberikan contoh keadaan yang harus di sesuaikan perilaku
yang efektif dalam menangani keadaan tersebut.
Jadi perilaku yang diharapkan dari kepemimpinan birokrasi
adalah perilaku yang menyesuaikan dengan situasi di lingkungan birokrasi. Juka di
lingkungan birokrasi banyak yang tidak jujur, maka pemimpin birokrasi harus
memberikan contoh kepada bawahannya dengan berperilaku jujur.
E. Studi Kepemimpinan
Ohio State
Penelitian tentang perilaku Kepemimpinan yang efektif
telah di dominasi oleh pengaruh studi tentang kepemimpinan dari Ohio State
University. Sebuah sasaran utama dari program penelitian kepemimpinan adalah
untuk mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang efektif.
Consideration Initiating
structure
Consideration adalah
tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertinddak engan cara ramah dan mendukung,
memperlihatkan perhatian terhadap bawahan, dan memperhatikan kesejahteraan mereka.
Intiating Structure (Struktru memprakarsai)
adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin menentukan dan menstruktrur peranmya
sendiri dan peran dari para bawahan ke arah pencapaian tujuan-tujuan formal
kelompok.
Sebuah Qustionnaire Study
Sebuah study oleh Fleishman dan Harris (1962),
memberi sebuh contoh yang terbaik mengenai penelitian lapangan tentang korelasi
antara Cosideration dan Initiating Structure. Kriteria dari
efektivitas kepemimpinan termasuk sejumlah keluhan tertulis dan jumlah dari
keluar masuk (Voluntary turmover) selama satu periode sebelas bulan.
Analisis statistik mengkonfirmasi keberadaan suatu hubungan Curvilinear yang
nyata (Significant) seperti dicatat oleh Fleishman & Harris (1962:53),
kelihatannya terdapat tiga tingkatan kritis tertentu yang sesudahnya
bertanbahnya Consideration atau berkurangnya initiating structure,
tidak mempunyai efek apa pun terhadap tingkat keluar masuk atau tingkat keluhan.
Penelitian tentang consideration
dan initianting structure
Hasil penelitian ini dibuat luar biasa, namun perlu untuk
memperhatikan apakah ia dapat digeneralisasikan terhadap jenis-jenis pemimpin
lain atau terhadap kriteria lainnya seperti misalnya kinerja kelompok.
Daftar Pustaka :
Pasolong, Harbani, 2015. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar