Bocah berbadan kerempeng dan bermata biru itu tak seperti anak-anak sebaya pada umumnya. Dia memiliki nyali besar dan jiwa pemenang. Darah sang juara memang mengalir kuat dalam diri bocah berambut jagung itu. Dalam jiwa Rossi mengalir darah juara dari sang ayah yang juga pembalap.
----------
Valentino Rossi kecil seperti tak mengenal rasa takut untuk 'ngebut' dan bahkan beratraksi memakai sepedanya. Kebiasaannya naik sepeda sambil berakrobat saat masih kecil dengan hanya memakai celana pendek tanpa baju, seperti ingin menunjukkan keberanian dan kebebasan jiwanya untuk berekspresi.
Sepertinya benar juga apa yang diungkapkan bapak psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939) terkait mimpi dan alam bawah sadar manusia. Sejak kecil, Rossi selalu melihat sang ayah Graziano Rossi berkutat dengan dunianya sebagai pembalap. Apa yang dilihat Rossi kecil, menimbulkan hasrat yang tersimpan di alam bawah sadarnya dan kadang muncul di dalam mimpi. Ketika si kecil Rossi terus bertumbuh, minatnya pada dunia balap pun berlari seiring dan alam sekitarnya pun mendukung.
----------
Valentino Rossi kecil seperti tak mengenal rasa takut untuk 'ngebut' dan bahkan beratraksi memakai sepedanya. Kebiasaannya naik sepeda sambil berakrobat saat masih kecil dengan hanya memakai celana pendek tanpa baju, seperti ingin menunjukkan keberanian dan kebebasan jiwanya untuk berekspresi.
Sepertinya benar juga apa yang diungkapkan bapak psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939) terkait mimpi dan alam bawah sadar manusia. Sejak kecil, Rossi selalu melihat sang ayah Graziano Rossi berkutat dengan dunianya sebagai pembalap. Apa yang dilihat Rossi kecil, menimbulkan hasrat yang tersimpan di alam bawah sadarnya dan kadang muncul di dalam mimpi. Ketika si kecil Rossi terus bertumbuh, minatnya pada dunia balap pun berlari seiring dan alam sekitarnya pun mendukung.
Menjajal Gokart Sebelum Motor 125 cc
Sebelum Rossi junior beneran terjun di ajang balap motor 125 cc seperti sang ayah, si bocah ceking itu ternyata sempat menjajal gokart. Bahkan sempat 5 tahunan Rossi menggeluti olahraga ini sejak debutnya 1985. Raihan prestasinya pun lumayan, sempat merebut gelar juara di tingkat regional kelas 60 cc di tahun 1990. Lalu, untuk tingkat nasional Rossi sempat bertengger di urutan ke-5 kejuaraan junior gokart nasional.
Jodoh memang tak akan lari ke mana-mana. Mungkin itulah ungkapan yang pas untuk Rossi. Cinta pertama Rossi jatuh pada balap motor seperti yang biasa dilihatnya pada sang ayah. Pilihannya pun sama, di kelas 125 cc.
Debutnya diawali di kancah minibike pada 1992. Sang ayah, tidak langsung melepaskan Rossi remaja begitu saja. Graziano Rossi memperjuangkan agar putranya mencicipi kesempatan untuk mengendarai motor keluaran Cagiva. Tak perlu berlama-lama bagi Rossi untuk membuktikan diri. Dua tahun setelah menunggangi Cagiva, ia sukses meraih gelar juara Italian Sport Production Championship.
Pembalap Kidal itu Jadi Juara
Prestasi itu telah berbicara banyak. Setelah itu, Rossi diajak bergabung ke tim Scuderia AGV Aprilia pada tahun 1996. Di kelas GP 125 cc, pembalap kidal ini mampu menempatkan dirinya di posisi sembilan pada musim pertama dan akhirnya juara dunia di musim berikutnya.
Tahun 1998 dan 1999, Rossi yang mulai dijuluki sebagai Valentinik ini bertarung di kelas 250cc. Awalnya ia hanya bisa merebut posisi runner up. Namun setahun berikutnya, juara dunia kembali direngkuh oleh pria yang mengidolai Inter Milan ini.
Beranjak ke kelas 500cc, Rossi yang bergabung dengan tim Honda kembali tampil mengagumkan. Setelah meraih peringkat dua pada tahun 2000, ia sukses merengkuh gelar juara dunia di tahun berikutnya.
Si Kidal Menjuluki Dirinya: The Doctor
Hal serupa pun ia ukir di kancah MotoGP. Rossi yang mulai menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan The Doctor, lagi-lagi bisa menggenggam trofi juara dunia. Tak tanggung-tanggung, empat gelar juara berhasil diamankannya secara berturut-turut (2002-2005). Dua di antaranya diraih bersama Honda, dan sisanya saat ia sudah bergabung dengan tim Yamaha.
Tahun 2006, Rossi harus merelakan gelarnya jatuh ke tangan Nicky Hayden. Begitupun yang terjadi di tahun 2007. Rossi hanya berada di peringkat ketiga dan ia kembali kehilangan gelar juara dunia yang saat itu jatuh ke dalam pelukan Casey Stoner.
Tapi bukan Rossi namanya kalau sampai menyerah dengan mudah. Ia mampu membuktikan kebangkitannya dengan menyegel gelar juara dunia dua musim berturut-turut. Masih bergabung dengan Yamaha, The Doctor juara di tahun 2008 dan 2009.
Selain prestasi juara dunia, Rossi juga mengukir beberapa rekor fantastis. Sampai sekarang kakak kandung Luca Marini tersebut tercatat sebagai pembalap yang meraih juara seri terbanyak sepanjang sejarah dengan 79 kemenangan di kelas utama.
Selain itu, Rossi juga tercatat sebagai pemegang rekor peraih podium terbanyak. Sepanjang kariernya, Rossi sudah 178 kali naik podium dan itu yang terbanyak dalam catatan sejarah MotoGP.
Rossi juga tercatat sebagai pembalap yang paling sering naik podium secara berturut-turut. Sejak GP Portugal 8 September 2002 hingga GP Afrika Selatan 18 April 2004, Rossi selalu naik podium. Dari kesempatannya tersebut, ia terhitung 13 kali menempati podium tertinggi yang menandakan bahwa dirinya adalah juara di tiap seri yang berbeda.
Dalam satu kesempatan, Rossi pernah membeberkan rahasia kesuksesannya. Selain latihan dan kerja keras, pembalap pecinta anjing ini juga melakukan beberapa ritual yang mungkin dianggap aneh oleh banyak orang. Tapi itulah Rossi. Sang legenda selalu melakukan kebiasaan aneh yang dilakukan sebelum balapan.
"Saya hanya mencoba fokus dengan mengajak bicara motor saya sendiri," ujarnya.
Saat ini, Rossi masih berpeluang untuk melahirkan rekor-rekor berikutnya. Walaupun usianya sudah menginjak 34 tahun, ia tetap memiliki kans besar untuk mengukir sejarah baru di dunia MotoGP. Ikuti kisah Valentino Rossi selanjutnya: Perjuangan Rossi di Hari Tua. (Vin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar